Syair Sejarah Datu
Kalampayan:
Maulana Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjary
Alhamdulillahirabbil’alamien. Wassholatuwassalamuala-asyrafil anbiya’i
wal-mursalien. Sayyidina wanabiyyina Muhammadin wa’ala alihi washohbihi ajma’in.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta seru sekalian alam. Sholawat dan salam
semoga senantiasa terlimpah bagi junjungan kami Nabi Besar Muhammad Saw dan
seluruh keluarganya dan sahabatnya sekalian.
Syair
Sejarah Datu Kalampayan: Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary telah lama
penulis susun. Alhamdulillah syair ini telah dapat penulis rampungkan. Sampai saat ini, belum pernah penulis membaca
dan mendengarkan secara khusus tentang Syair Sejarah Datu Kalampayan. Padahal
Datu Kalampayan sangat terkenal keulamaannya di kawasan Asia Tenggara. Semoga
dengan melalui syair ini, kecintaan masyarakat Banjar khususnya, ummat Islam
pada umumnya semakin mencintai para Ulamanya. Amin ya Rabbal-alamien.
Mengapa judul syair penulis masukkan
istilah ‘sejarah’. Dalam syair ini termuat riwayat Maulana Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjary sejak kedatangan ayahanda beliau, yakni Syekh Abdullah Al-Idrus
ke Kuala Tambangan Martapura. Kemudian beliau dilahirkan dari rahim seorang ibu
yang sholehah bernama Aminah. Maulana, kemudian sejak anak-anak berada dalam
asuhan Sultan Banjar, yakni Sultan Hamidullah sampai beliau berangkat ke
Mekkah. Segala aktivitas beliau di Mekkah terangkum dalam syair ini, hingga
beliau kembali pulang ke Kesultanan Banjar di Martapura. Syair ini kemudian
diakhiri sampai beliau wafat ke Rahmatullah. Artinya, semua perjalanan hidup
Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary mengandung fakta sejarah, yang
disesuaikan dengan sumber sekunder. Baik melalui Tutur Lisan, Buku-Buku yang
terkait.
Syair
Sejarah Datu Kalampayan: Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, diambil dari
berbagai sumber buku, antara lain:
1.
Abu
Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjary (Tuan Haji Besar) (Martapura: Yapida-Sullamul Ulum, 2003)
2.
Wan
Mohammad Sagir Abdullah, Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari, Pengarang Sabilal Muhtadien, (Kuala Lumpur:Khazanah
Fhataniyah, 1990)
3.
Syekh
Abdurrahman Siddik Safat, Syajaratul-Arsyadiyah.
4.
Yusliani
Noor, Islamisasi Banjarmasin (Dari Abad
Ke-15 hingga Abad Ke-19) (Penerbit Ombak:Yogyakarta, 2016)
Sumber Tutur Lisan diambil dari kisah-kisah yang diperoleh
penulis di kawasan Martapura, Astambul, dan Kalampayan. Sebetulnya, dari sumber
tertulis sudah cukup untuk menjadikan Syair ini sebagai syair sejarah. Berbagai
peninggalan arkeologis, dalam bentuk Kitab-Kitab termasuk dengan tulisan tangan
sendiri, jubah dan surban, tasbih, dan prasasti di Jembatan Lima Jakarta, serta
makam Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Juga, zuriah Maulana yang
bertebaran di Nusantara, Asia Tenggara dan Timur Tengah, menjadi fakta yang
nyata. Inilah Tokoh Sejarah, sebagai Ulama Besar di Kawasan Asia Tenggara.
Syair Sejarah Datu Kalampayan:
Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary adalah sebuah permintaan khusus dari sahabat, saudara,
sekaligus pencinta para Aulia Allah, khususnya Maulana Syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjary, yakni Juhransyah, S. Pd., MM. Penulis bertekad menyelesaikan Syair
Sejarah ini, karena penulis sangat memuliakan, mengagumi dan mencintai Permata
Banua, Al-‘alimul ‘allamah Al-Fadhil Al Fahhamah As-Sufiyyah Al-Khalifah Waliyyullah
Qutubuzzaman Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Semoga kita semua, dapat meneladani jejak langkah Maulana,
meskipun hanya sebahagian kecil saja. Ketika kita memuliakan, mengagumi dan
mencintai seorang Waliyyullah, maka siapapun tidak bisa mencampuri urusan
keyakinan seseorang. Sebab, keberkahan rezeki, ilmu, dan kehidupan sesudah di
alam dunia, tidak bisa sekedar dibuktikan oleh mata basyariah. Keberkahan dari
Allah melampaui batas-batas kebenaran sains.
Sebelum membaca Syair ini, patut kiranya dengan adab.
Setidaknya penulis menganjurkan membaca Surah Al-Fatihah untuk Rasulullah Saw
sebanyak tiga kali, dan kepada Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary juga
sebanyak tiga kali.
Semoga Syair ini ada manfaatnya, bagi semua insan, khususnya
yang mencintai Waliyyullah. Penulis sendiri, setiap kelulusan Ujian, setiap
terkabulnya hajat, dan setiap ada kesempatan, selalu mengunjungi-menziarahi
Kubah Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Itu Papadah Ayahanda Haji
Norhan Mochtar Jaya dan Ibunda Hajjah Hasnah binti Ardi Surya Mataraman. Juga
anjuran Ayahanda Syekh Jahrani Zainal Abidin.
Makasih
BalasHapus