Ringkasan Isi Syair Perang Wangkang
Syair ini bercerita tentang peperangan antara Wangkang dengan Kompeni di
Borneo (Kalimantan). Kisah dimulai ketika para pedagang Melayu hendak berdagang
di Borneo. Sesampainya di sana mereka diminta bantuan oleh Kompeni Belanda
untuk melawan Wangkang yang mengacau daerah itu. Pemimpin Kompeni Belanda
bernama Van Ham dan pemimpin pedagang Melayu bernama Haji Sulaiman. Kemudian
mereka menandatangani perjanjian.
Suatu hari, pemimpin Wangkang, Haji Demang, mengirimkan surat kepada
Komandan untuk meminta pengampunan, tetapi tidak dikabulkan karena Komandan
telah mendapatkan serdadu untuk menyerang Wangkang. Itu sebabnya, Wangkang
menjadi marah, lalu merampoki desa-desa dan mengacau di kampung-kampung.
Wangkang bersembunyi di suatu tempat. Kompeni Belanda mencari-cari Wangkang,
tetapi penduduk desa tidak mau memberitahunya. Muhamad Bali, seorang mata-mata,
melaporkan keberadaan Wangkang. Saat dicari ke tempat persembunyian, Wangkang
sudah tidak ada di tempat. Komandan lalu menyuruh juragan Keruis menjaga hilir
lalu masuk ke Badandan.
Terjadilah pertempuran seru di Simpang Nunggi. Wangkang membakari
rumah-rumah penduduk. Karena malam, Kompeni tidak dapat menangkap Wangkang.
Setelah kejadian ini, Kompeni menjaga ketat dari sungai Julungan hingga sungai
Badandan. Muhamad Bali mengetahui lagi persembunyian Wangkang yang kedua kali,
namun ia tidak dapat memberi tahukan Kompeni, karena salah satu saudaranya ada
yang ikut dengan Wangkang. Akhirnya, Kompeni mengajak Pembekal Damun diajak
bekerja sama oleh Kompeni untuk menangkap Wangkang. Kemudian terjadilah
pertempuran dan perebutan benteng Wangkang, dan Kompeni berhasil kali ini.
Mohamad Saad dari Pontianak menghadap ke kantor, tujuannya ialah hendak
ikut Kompeni karena Wangkang telah kalah. Van Ham ingin melihat kuburan
Wangkang sendiri, karena ia mendengar Wangkang telah gugur dalam pertempuran
kemarin, tetapi kuburan itu tidak ada.
Pada suatu hari mereka berhasil menangkap orang yang bernama Abdul
Rasyid. Ia mengaku pernah ikut perang Wangkang di Banjar. Kompeni menyuruh
Abdul Rasyid menjaga hilir sungai. Haji Demang dan penghulu menginginkan Abdul
Rasyid turut dengan mereka tetapi tidak dikabulkan oleh Komandan. Akhirnya,
raja-raja dan haji-haji sepakat untuk bersama-sama menghadapa Wangkang dan
berbalik melawan Belanda Kompeni.
Pada tahun 1871 terjadilah pertempuran hilir di bawah pimpinan Pembekal
Gempa. Dalam pertempuran itu gugurlah dua orang dari pihak Pembekal Gempa. Sore
harinya ketika diadakan patrol, mereka berhasil menembak dua orang dan menawan
seorang anak buah Wangkang serta dibawa ke benteng. Setelah perang selesai para
pedagang melayu itupun memisahkan diri dari kompeni, dan tidak mau bekerja sama
melawan Wangkang. Walaupun rakyat Wangkang masih senang mengacaukan kampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar