Cuplikan Syair Perang Wangkang
Karya H. Sulaiman - 1871
Bismillah itu mula dikarang
Anak Melayu orang seberang
Membikin syair perkara perang
Dibikin ingatan kepada orang
Ini syair bukan se(m)barang
Dari hal di dalam perang
Musuh Kompeni kepada Wangkang
Perang di sungai tanah seberang
Alkisah mula kita datang
Dari Amuntai negeri orang
Asal kita pergi (a)kan berdagang
Sampai di sana dipanggil orang
Dengan surat bukan se(m)barang
Bunyinya di dalam sampai terang
Minta1 milir
dengan sekarang
Akan bicara kepada Wangkang//
Segera menghadap kita sendiri
Kepada tuan istananya negeri
Kita bicara berperi-peri
Dia membuat serta berdiri
Kita kira ini hari
Haji Sulaiman pikir sendiri
Tuan Besar sudah menca[ha]ri
Boleh ditempo esok hari
Ini hari kita pun kelar2
Menca[ha]ri barang pergi di pasar
(A)kan segala selama dirantau
Boleh segera mendapat kabar
Ta(t)kala bulan enam hari
Pukul sepuluh kita berperi
Hari Selasa namanya hari
Kita datang di muka negeri
Negeri Bagompai tempat berhenti
Banyaklah orang datang berperi
Membawa cerit[er]a hal negeri
Hendak berkelahi dengan Kompeni
Pasal kedua kita di Keruis
Juragan bicara tiada habis
Sampai malam kidak3 ditulis
Oleh karena belum habis
Sampai di Keruis pukul empat
Banyaklah kabar kita mendapat
Pukul lima kita meng(h)adap
Tuan Komandan kita berdapat
Tuan Komandan sudah bicara
Kepada kita orang dua
Di dalam kantor kita bicara
Sebab ada barang rahasia
Rahasia benar kita mendapat
Dari tuan hamba yang dapat
Oleh karena Wangkang berbuat
Menjadi4 rusuh
akan didapat//
Perkara ini kita pun heran
Dari Komandan namanya Van Ham
Rupanya baik seperti pahlawan
Bicaranya terang kitapun faham
Haji Sulaiman kita berpikir
Jangan dahulu Haji milir
Apa tuan punya pikir
Hamba turut tiada mungkir
Itulah kita bicara
Kepada Haji orang yang tu[w]a[h]
Dengarlah bicara kita
Apa kerja kita serta
Kita mendengar nasihat Tuan
Di dalam benteng Tuan Komandan
Bicara yang baik kita pahamkan
Dari Komandan Tuan Van Ham
Pukul tujuh kita kembali
Di dalam Keruis Juragan sendiri
Apa bicara berperi-peri
Apa bicara kita mengerti
Di dalam Keruis kita berperi
Tempat di rakit Juragan memberi
Ini malam kita sendiri
Banyaklah orang menca[ha]ri
Perahu kita berhenti di rakit
Yang punya rakit Tuan Pit
Mendapat kabar tiada sakit
Selamat tinggal di dalam rakit
Tuan Pit sudah milir
Me(ng)antar nyonya tiada berpikir
Sebab susah di dalam pikir
Bicara banyak tiada terukir
Hari Arbaa pukul sembilan
Tujuh hari5 timbulnya
bulan
Rakitnya kita datanglah Tuan
Berhenti di muka gudang [h]arang//
Komandan di Katar turun di situ
Sakit Juragan ba[ha]ru tentu
Pukul empat Tuan kembali
Sekoci Keruis hantarkan pergi
Dengan berjalan berperi-peri
Segera(h) jua obat diberi
Hari Sabtu pukul enam
Lihat soldadu turun di sampan
Habis bulan Maret6 pukul
sembilan
Milir di
Banjar perintah Tuan
Membaca soldadu dua kapal api Bangka
Hendak milir dengan segera[h]